Perang Topat adalah suatu upacara
ritual yang merupakan pencerminan rasa Syukur kepada sang Pencipta yang telah
memberikan anugrah kerukunan antar umat dan telah memberikan kemakmuran dalam
bentuk kesuburan tanah, cucuran air hujan dan hasil pertanian yang melimpah.
Perang Topat dilaksanakan di Taman Pura Lingsar oleh Umat Hindu bersama sama
dengan masarakat suku Sasak.
Mulang Pakelem di Gunung Rinjani
Orang Bali yang secara historis telah
lama menjadi bagian penduduk Lombok tetap mempertahankan nilai budayanya secara
teguh. Berbagai upacara keagamaan adat istiadat dan tradisi seni budaya mereka
tetap eksis. Salah satunya adalah upacara Pekelem di Danau Segara Anak Rinjani.
Pekelem artinya membenamkan persembahan tanda kesukuran kepada Sang Maha
pemberi. Inti benda korban yang dipersembahkan berupa Emas Kencana yang
dibentuk dalam personifikasi kehidupan. Upacara Pekelem yang dilaksanakan di
Danau Segara Anak diikuti oleh ribuan masyarakat Hindu di Lombok. Bahkan ada
pula kerabat keluarga yang datang dari Pualu Bali meskipun harus bersusah payah
mendaki Gunung Rinjani tetapi karena keyakinan dan dambaan akan karunia Sang
Pencipta mengatasi segalanya. Pesona Rinjani yang hayati itu memberi
kesepadanan atas jerih payah para peziarah.
Lebaran Topat
Festival Peresean
Kejantanan dan Heroisme merupakan
syarat ideal lelaki Sasak. Sikap ini antara lain diasah dalam salah satu
permainan yang disebut Peresean. Sang Petarung atau Pepadu menggunakan tongkat
rotan sebagai alat pukul. Sebagai pelindung digunakan perisai yang terbuat dari
kulit sapi ukuran sehasta berbentuk segi empat. Sportifitas menjadi syarat
utama permainan ini. Seorang wasit yang bergelar Pekembar menjadi penengah.
Iringan musik sederhana meyertai permainan ini sebagai penambah semangat,
dahulu permainan ini dikaitkan dengan upacara mohon hujan. Pantaslah kalau
penyelenggaraannya biasanya pada musim kemarau.
Festival Senggigi
Festival Senggigi adalah salah satu
bentuk kegiatan dalam usaha untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Lombok
Barat yang dilaksanakan atas perpaduan antara pemerintah dengan pihak
perhotelan, para seniman dan budayawan serta pihak pihak terkait lainnya guna
memperomosikan pariwisata daerah. Pameran dan pagelaran seni budaya daerah
modern maupun yang hampir punah serta beberapa prosesi atraksi seni budaya
tradisional Lombok (Sasak) kepada para Wisatawan mancanegara maupun Nusantara
yang dilaksanakan selama sepekan.
Festival Gendang Beleq
Gendang Beleq adalah salah satu
diantara beragamnya seni budaya tradisional Lombok dalam bentuk seni kreatif
dengan musik dan tari tradisional yang menggunakan alat alat musik Petatonis
tradisional Lombok yang berupa gendang Besar dan seperangkat alat musik pukul.
Seni musik dan tari tradisional Gendang Beleq pada awalnya adalah merupakan
jenis ritual yang digunakan untuk mengantar para prajurit yang akan pergi
kemedan laga. Seiring denga bergulirnya waktu dan pergantian generasi maka
fungsi tersebut bergerak dinamis. Sehingga saat ini tampilannya digunaka untuk
penyambutan para tamu dan kelengkapan upacara / acara acara budaya adat sasak.
Pawai Ogoh-Ogoh
Dalam menyongsong Hari Raya Nyepi yang
merupaka hari penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit dilaksanakan upacara Tawur
Kesanga yang bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif dari Bhuta Kala.
Upacara Tawur Kesanga dilaksanakan pada Tileming Sasih Kesanga sehari sebelum
pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram Upacara
Tawur Kesangan dirangkaikan dengan pawai Ogoh ogoh, Ogoh Ogoh merupaka kreatifitas
Umat Hindu yang ada di Bali dan Lombok untuk memvisualisasikan Bhuta Kala,
Personifikasi Bhuta Kala ini dimaksudkan guna memantapkan keyakinan serta
meningkatkan konsentrasi dalam melaksanakan Upacara Tawur Kesanga yang
merupakan salah satu bentuk Bhuta Yadnya. Pawai Ogoh ogoh menggambarkan
datangnya berbagai Bhuta Kala dari segala penjuru arah mata angin ke tempat
pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga guna mendapatkan lelabahan / persembahan.
Setelah para Bhuta Kala tersebut mendapatkan lelabahan / persembahan mereka
dikembalikan ke posisinya masing masing untuk kemudian di pralina / lebur
dengan menggunakan kekuatan Agni / Api.
Bau Nyale
Setiap tanggal dua puluh bulan
kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama,
menjelang fajar di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah selalu berlangsung
acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Kali ini, acara
tersebut selama tiga hari, 7-9 Maret 2007. Acara yang menarik itu bernama Bau
Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan Nyale, sejenis cacing
laut yang hidup di lubang - lubang batu karang di bawah permukaan laut. Penduduk
setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan
bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya.”Itulah yang
berkembang selama ini,” ujar seorang warga Lombok Tengah Lalu Wirekarme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar